musik

Nostalgia Musikal

Saya adalah tipe orang yang gampang suka, tapi juga gampang bosan. Termasuk dalam urusan musik. Playlist di leptop dan di hape isinya campur aduk. Mulai dari Dream Theater dan Queen ke Float dan Banda Neira. Dari Michael Buble ke Sujiwo Tejo. Dari Kla Project ke Ost-nya One Piece. Terakhir, dari All American Reject dan Green Day ke Snada dan Justice Voice. Lalu balik ke Dream Theater lagi. Lalu bosan lagi.

Jamrud: Musik Gahar, Kupluk dan Tereret Jungkir Balik

Masa-masa akhir SD dan awal SMP saya kental dengan nuansa Jamrud. Terutama gara-gara kerap dinyanyikan pemuda di kampung. Dan teman-teman SD. Album Ningrat (2000) merupakan puncak kepopuleran Jamrud di sekitar saya. Lagu Ningrat, Surti Tejo, Asal British, Jauh (Andaikan) dan Pelangi di Matamu semua ada di album ini. Tanpa sadar pas kemarin dengerin lagi lagu-lagu itu, saya masih hapal liriknya. Puja kerang ajaib. Dari album sebelmumnya, Terima kasih (1998) paling cuma lagu Terima kasih, Berakit-rakit dan Dokter Suster yang saya ingat.

Dewa: Keplok yang Stylish, Sophisticated Music dan Lirik yang Mistik

Saya memutuskan untuk memulai tulisan ini dengan album Bintang Lima (2000). Album dimana saya pertama kali mengenal Dewa lewat lagu Roman Picisan. Tetapi orang dewasa di kampung saya waktu itu bilang, Dewa ki apik pas jaman vokalis e durung ganti (Dewa bagus jaman vokalisnya belum ganti). Saya waktu itu sih belum peduli. Yang penting, saya bisa menyanyikan bagian “Malam-malamku bagai…”, sambil keplok-keplok sendiri. Atau bereng teman. Meskipun pasti selalu ada yang keplok-nya gak pas.