Cerita

Nostalgia Musikal

Saya adalah tipe orang yang gampang suka, tapi juga gampang bosan. Termasuk dalam urusan musik. Playlist di leptop dan di hape isinya campur aduk. Mulai dari Dream Theater dan Queen ke Float dan Banda Neira. Dari Michael Buble ke Sujiwo Tejo. Dari Kla Project ke Ost-nya One Piece. Terakhir, dari All American Reject dan Green Day ke Snada dan Justice Voice. Lalu balik ke Dream Theater lagi. Lalu bosan lagi.

Jangan-jangan Kita Seperti Dulkenyut

Pak Kepala Desa alias Kades terpilih mulai menjalankan tugas Kades dengan sangat baik. Pribadinya santun dan ibadahnya rajin. Pembicaraan tentang Kades baru merebak di mana-mana, di setiap lapisan masyarakat. “Nganu Pak. Saya ini masih sodaraan sama Pak Kades. Malahan dulu saya ini tim suksesnya pas kampanye dulu”, kata Dulkenyut. “Persisnya, Pak Kades itu punya pakdhe. Nah, pakdhenya ini punya istri. Istrinya pakdhenya Kades ini punya adik perempuan. Nah, adik perempuan dari istri pakdhenya Kades ini dipek bojo kakaknya mertua adik ipar simbah saya.

Jamrud: Musik Gahar, Kupluk dan Tereret Jungkir Balik

Masa-masa akhir SD dan awal SMP saya kental dengan nuansa Jamrud. Terutama gara-gara kerap dinyanyikan pemuda di kampung. Dan teman-teman SD. Album Ningrat (2000) merupakan puncak kepopuleran Jamrud di sekitar saya. Lagu Ningrat, Surti Tejo, Asal British, Jauh (Andaikan) dan Pelangi di Matamu semua ada di album ini. Tanpa sadar pas kemarin dengerin lagi lagu-lagu itu, saya masih hapal liriknya. Puja kerang ajaib. Dari album sebelmumnya, Terima kasih (1998) paling cuma lagu Terima kasih, Berakit-rakit dan Dokter Suster yang saya ingat.

Hairdryer

Beberapa hari yang lalu, salah seorang adik saya rewel minta dibelikan alat pengering rambut. Anak perempuan seusia SMA memang seperti itu, termakan gaya hidup konsumtif. “Urgent? “, tanya saya. Adik saya cuma mecucu. Lalu serta-merta merayu saya untuk membelikan alat elektronik tersebut. “Halah Mas. Toh, harganya tidak mahal”, rengeknya. Saya bukannya pelit. Saya beranggapan barang tersebut tergolong barang mewah. Keberadaan hairdryer di rumah agaknya tidak sesuai dengan gaya hidup kami sekeluarga.

Dewa: Keplok yang Stylish, Sophisticated Music dan Lirik yang Mistik

Saya memutuskan untuk memulai tulisan ini dengan album Bintang Lima (2000). Album dimana saya pertama kali mengenal Dewa lewat lagu Roman Picisan. Tetapi orang dewasa di kampung saya waktu itu bilang, Dewa ki apik pas jaman vokalis e durung ganti (Dewa bagus jaman vokalisnya belum ganti). Saya waktu itu sih belum peduli. Yang penting, saya bisa menyanyikan bagian “Malam-malamku bagai…”, sambil keplok-keplok sendiri. Atau bereng teman. Meskipun pasti selalu ada yang keplok-nya gak pas.

CHPTR 5: Dewan Hewani

“Lalu, semua ini salah siapa?” Aku bisa memaklumi ketidaktahuannya. Dia sungguh seekor rusa yang masih muda. Dia, beserta pemuda-pemuda lain memang belum paham bagaimana bersikap terhadap manusia. “Begini Nak Rusa, manusia-manusia itu tidak salah. Mereka hanya belum mengerti Hukum Keseimbangan Alam. Atau mungkin, mereka sudah mengerti, tetapi tidak mengindahkannya. Itu tidak jadi soal. ” “Manusia tidak memahami bagaimana keseimbangan ekosistem. Bagaimana mereka seharusnya memanfaatkam alam, bagaimana mereka memanfaatkan hewan.” Anak itu belum sepenuhnya paham, namun ia sepenuhnya percaya pada pemimpinnya.

By sal in Cerita

January 1, 0001

CHPTR 4: Monster

“Itu mobil. Mobil itu monster”. Kata-kata Pak Menjangan masih memenuhi pikiranku. Sementara aku sekarang masih berlari memasuki Hutan Raya, ke arah Beringin Rindang. Ibu, beserta Keluarga Menjangan telah dimakan oleh Mobil. Ia memangsa dengan cara yang aneh. Bukan hanya itu, bukan hanya cara makan saja yang aneh. Mobil adalah monster dengan penuh keanehan. Tadi siang, setelah pamit pada Ibu, aku segera berlari ke arah Hutan Raya. Sampai di mulut hutan aku berhenti sejenak, menatap rumahku.

CHPTR 3: Padang Rumput

Ayah selalu merasa bahwa dia adalah rusa yang paling kuat. Meskipun sekarang ayah sedang sakit, ia bersikeras untuk tetap pergi mengambil air di tengah hutan. Ibu sedang terbaring lemah. Ibu juga menderita sakit yang sama dengan ayah, dengan kondisi yang lebih parah. Aku berkeliling melihat-lihat kondisi tetanggaku. Keluarga menjangan, keluarga capung dan keluarga belalang masih nampak terbaring lemah. Mereka semua diserang penyakit yang sama dengan yang diderita ayah dan ibu. Entah mengapa, hanya aku saja yang tidak terjangkit wabah penyakit ini.

CHPTR 2: Rapat Besar

“Ini semua salah manusia!”, teriak Rusa. Seluruh peserta rapat memusatkan perhatian pada Rusa. Rapat Besar merupakan peristiwa luar biasa yang selalu dihormati oleh semua anggota masyarakat hewani. Di sana setiap hewan boleh datang, boleh memberikan pendapat. Di sana setiap pendapat didengarkan dan diperhatikan. Setiap hewan tidak pernah berebut untuk bicara duluan, malah saling mempersilakan. Untuk urusan makanan dan jodoh para hewan boleh saling berebut. Namun untuk urusan berpendapat, mereka antre dengan tertib.

CHPTR 1: Hutan

Hutan tempat para hewan tinggal kini sudah padat penduduk. Hal ini bukan disebabkan oleh tingginya pertumbuhan populasi, melainkan karena berkurangnya luas hutan. Seperti yang terjadi di kota-kota besar, hutan padat penduduk juga banyak memberikan ketidaknyamanan pada masyarakat hewani. Benturan dengan iklim dan cuaca merupakan masalah utama. Musim hujan lalu merupakan masa terberat bagi para semut. Robohnya rumah mereka saat hujan deras turun tiga hari tiga malam masih segar di ingatan mereka.

By sal in Cerita

January 1, 0001

Belajar Dari Linggis Dan Balon

Apa yang akan saya ceritakan di bawah ini adalah kisah nyata. Suatu pagi saat saya SMP, saya dan teman sekelas pindah ruang dari ruang kelas ke ruang seni tari. Hal ini terjadi karena ruang kelas kami direnovasi. Jadilah kami pindah ke ruang kecil yang berada di paling pojok di sekolahan. Beberapa hari berlalu, kami mulai beradaptasi. Kami mulai bercanda gurau di depan kelas saat pergantian jam pelajaran. Di sebelah ruang kelas kami yang baru terdapat Lab Komputer.

By sal in Cerita

January 1, 0001

Amir dan Kantong Plastik

Pada suatu sore, Amir membantu Ibunya belanja di sebuah minimarket. Amir memang gemar membantu orang tuanya. Amir berangkat belanja sendiri karena jarak minimarket dan rumahnya tidak jauh. Hanya sekitar 10 menit berjalan kaki, Amir sampai di minimarket. Sampai di minimarket, Amir dengan cekatan mengambil barang-barang yang akan dia beli. Amir tidak melewatkan satupun pesanan ibunya karena Amir sudah mencatat semuanya. Setelah selesai, Amir segera mengantre di kasir. Amir antre dengan sabar.

Amir dan Adzan Isya

Adzan Isya mulai berkumandang. Amir segera bergegas bersiap-siap menuju masjid. Sementara Nenek juga bersiap-siap pergi, tetapi bukan ke masjid. “Lho, bukankah Amir mau ikut Nenek tahlilan di rumah Pak RT? Ayo berangkat sekarang”, ajak Nenek kepada Amir. Amir menolak ajakan Nenek untuk berangkat sekarang. Ia ingin pergi ke masjid terlebih dahulu karena adzan sudah berkumandang. “Justru karena sudah adzan, Amir”, kata Nenek kemudian. “Undangannya bakda Isya, nanti kita terlambat kalau tidak berangkat sekarang”.

Kuncung Bawuk

Ada sesuatu yang terlewatkan jika saya kebetulan tidak bisa berbuka puasa di rumah. Sebuah acara televisi. Judulnya Kuncung Bawuk. Saya bukannya ikut-ikutan diperbudak televisi lho ya, tetapi saya akui, acara tersebut membuat saya jatuh cinta sampai ke tulang. Acaranya berupa pertunjukan wayang(?) boneka. Kuncung dalam cerita tersebut adalah seorang anak lelaki yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai ketua kelas, Kuncung malah sering menganggap posisinya memberikan wewenang yang berlebih. Selain ketua kelas, Kuncung juga seorang murid pandai dan juara kelas.

Amir dan Sholat Gerhana

Pagi ini suasana dusun Amir tidak seperti pagi-pagi lainnya. Hampir semua warga dusun bersiap-siap untuk berangkat ke masjid. Menurut berita di televisi tadi malam, pagi ini akan terjadi gerhana matahari. Bagi warga dusun, kacamata GMT memang tidak mudah terjangkau. Sholat gerhana berjamaah di masjid seakan menjadi pelampiasan untuk sekedar merayakan terjadinya gerhana. Ditambah memang hari ini hari libur nasional, suasana pagi ini pun mirip seperti hari raya Ied saja. Tidak terkecuali di rumah Amir.

Amir dan Sebuah Rahasia

Tidak ada yang lebih membuat Amir heran selain masalah rahasia. Ia sering tidak habis pikir mengapa orang-orang masih suka menyimpan rahasia. Di antara teman-teman Amir yang lain, Amir selalu menceritakan semua kejadian yang ia alami kepada Bambang. Termasuk saat ia terjatuh dari sepeda gara-gara tertidur. Sementara Bambang, akhir-akhir ini selalu membicarakan keinginannya untuk menjadi wakil sekolah di lomba cerdas cermat di kabupaten. Untuk keperluan lomba tersebut, setiap sekolah hanya boleh mengirimkan wakil satu regu yang terdiri dua orang saja.