Kuncung Bawuk
By sal in Cerita
January 1, 0001
Ada sesuatu yang terlewatkan jika saya kebetulan tidak bisa berbuka puasa di rumah.
Sebuah acara televisi. Judulnya Kuncung Bawuk.
Saya bukannya ikut-ikutan diperbudak televisi lho ya, tetapi saya akui, acara tersebut membuat saya jatuh cinta sampai ke tulang.
Acaranya berupa pertunjukan wayang(?) boneka.
Kuncung dalam cerita tersebut adalah seorang anak lelaki yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai ketua kelas, Kuncung malah sering menganggap posisinya memberikan wewenang yang berlebih. Selain ketua kelas, Kuncung juga seorang murid pandai dan juara kelas. Kepolosan disertai kejeniusannya sering membuat dirinya kemlinthi dan pethitha-pethithi.
Bawuk, adik Kuncung digambarkan sebagai anak perempuan yang rajin dan jujur. Posisi Bawuk dalam cerita merupakan tukang ngadu. Dalam setiap cerita, Bawuk selalu melaporkan ulah kakaknya kepada orang tuanya. Cerita selanjutnya mudah ditebak, Bapak dan Simbok akan memberi nasehat pada Kuncung. Tetapi bukan Kuncung namanya kalau dia tidak ngeyel. Nasehat Bapak dan Simbok beserta kengeyelan Kuncung pun menjadi pusat cerita serial ini.
Kengeyelan Kuncung dengan berbagai alasan kreatifnya selalu membuat saya terbahak-bahak dan terpingkal-pingkal.
Apalagi ditambah dengan logat Kuncung yang sangat nJogja membuat nuansa humor yang lebih kental.
Saya ambil cerita tadi sore.
Kuncung sibuk memainkan game di gadgetnya. Padahal Kuncung dapat jadwal menyapu halaman. Bawuk pun teriak-teriak dari luar kamar Kuncung, mengingatkan kakaknya untuk segera menyapu halaman.
Simak jawaban Kuncung.
“Haa, ngapa ta kesusu ki? Ha wong, latare yo gelem ngenteni. Latar e yo ra bakal lunga nengndi-nengndi kok. ”
Atau cerita kemarin sore.
Kuncung diajak orang tuanya pergi ke rumah kakeknya. Tapi Kuncung menolak.
” Aku ki nganu kok Pak, wis apal kok karo Simbah i”. “Simbah ngko mesti ngomong, Aja nakal yo le”. “Ha aku ki, ora nakal kok Pak”. “Dadi wong pinter yo le.. “. ” Ra perlu kui. Aku ki neng kelas wis pinter dhewe kok. Juara. “ ” Sesuk nek simbah wis ganti weling, aku tak lagi sowan Pak”.
Saya selalu menikmatinya.
Kalau mau ikut-ikutan menyimak sensasi menonton Kuncung Bawuk, simak saluran TVRI tepat setelah adzan maghrib tiba.
Sebagai bonus, saya kasih bonus lirik theme song acara tersebut. Kebetulan juga lagu ini sering dinyanyikan Bapak saya sebagai lagu nina bobo saat saya kecil.
” Saben wayah esuk sakwise tangi Menyang kolah adus sabune wangi Bar adus banjur dandan, bar dandan njur sarapan Tumuli budhal ing pamulangan”